Dengan Guru Sejati, kita mampu membaca secara mendalam dan menyeluruh apa hakikat segala sesuatu termasuk bencana alam.
Hari Kedua, Jumat Malam: Saya bertemu dengan Ki Sabda Langit di Gedung Hotel Orchids Garden, Batu Malang. Jam menunjuk pukul 19.00 Wib. Sejak pagi saya bersama dia berkoordinasi tentang persiapan-persiapan yang diperlukan untuk perhelatan pelatihan yang akan dibuka oleh Bupati Sidoarjo. Malam yang mendebarkan itu pun datang. Acara pelatihan Pengembangan Motivasi Spiritual dibuka dengan sambutan Drs. H. Win Hendrarso M.Si. Sambutan Bupati menggarisbawahi pentingnya manajemen stress dan pentingnya hidup dalam keseimbangan jasmani dan ruhani.
Selanjutnya, pelatihan dimulai dengan diputarkannya kaset sebuah serat kidung “Serat Wedhatama” dari Ki Narto Sabdo. Bulu kuduk saya berdiri mendengarkan suara magis yang dilantunkan. Bisik-bisik dengan Ki Sabda Langit, dia mengatakan bahwa saat itu Kanjeng Ratu Kidul juga hadir di tempat itu. Menurut Ki Sabda Langit, akal manusia sangat terbatas untuk memasuki pemahaman tentang hakikat segala yang ada. Manusia dikuasai oleh nafsu jasadnya sehingga susah untuk mengenali diri sejatinya. Kini, seseorang kebanyakan beribadah, namun belum mampu menembus hakikat ibadah tersebut. Pemahaman agamanya masih sebatas syariat. Oleh sebab itu, kita haruslah meneruskan proses syariat itu agar mencapai taraf hakikat dan bisa mencicipi makrifat.
Ki Sabda melanjutkan ada empat tingkat ibadah manusia untuk manembah dengan Gusti Allah SWT. Yang pertama adalah SEMBAH RAGA yaitu tapaning badan jasad kita. Yang kedua SEMBAH CIPTA, di Islam dinamai Tarekat, sembahnya hati yang luhur. Yang ketiga SEMBAH JIWA. di Islam dinamai Hakekat. Kalau sudah bisa melaksanakan sembah cipta baru bisa melaksanakan sembah jiwa. Artinya: rasakan dengan menggunakan rasa “kasukman” yang bisa ditemui dalam eneng, ening dan eling tadi. Tandanya adalah semua sembah, panembah batin yang tulus tidak tercampuri oleh rasa lahir sama sekali. Yang keempat adalah SEMBAH RASA, di Islam dinamai Makrifat. Sembah rasa itu adalah mengalami Rasa Sejati. Rasa sejati adalah apa yang dirasakan diri sejati dan diri sejati yang merupakan wahana Tuhan bersemayam di dalam diri manusia. Maka, pada tingkat makrifat ini, segala perilaku kita akan dituntun oleh Guru Sejati.
Hari Ketiga, Sabtu pagi: Saya mengontak Ki Sabda Langit agar bersiap senam pagi dilanjutkan dengan latihan meditasi olah pernafasan tenaga dalam dan meditasi samadhi. Bertempat di alam terbuka, sebelah kolam renang lobby Hotel Orchids Garden, Batu Malang. Awalnya, peserta diajak berjalan mengelilingi hotel. Selanjutnya peserta berkumpul dan dilakukan peregangan otot sambil menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut. Untuk meditasi samadhi, peserta bersila dalam posisi meditasi. Tangan berada di atas pangkuan menengadah ke atas dengan jempol disatukan dengan jari telunjuk. Selanjutnya tarik nafas dan mengeluarkan melalui mulut. “Konsentrasi pada satu hal saja. Misalnya pada Tuhan, saat menarik nafas kita bilang hu… saat mengeluarkan nafas, kita bilang Allah.. Inlah sholat Daim.” Ujar Ki Sabda.
Peregangan, meditasi olah pernafasan tenaga dalam dan meditasi samadhi dilaksanakan sekitar satu jam. Peserta merasakan banyak manfaat mengikuti sesi pagi ini. Banyak yang mengaku awalnya sakit dan capek-capek justeru menjadi bugar setelah mengikuti meditasi pernafasan tahap awal ini. Acara selanjutnya adalah pemberian materi. Dipaparkan Ki Sabda bahwa ada beberapa tahap sebelum pikiran benar-benar bisa merasakan titik yang paling hening tempat kesadaran diri sejati berada. Dimulai saat gelombang otak kita memasuki fase gelombang gamma, alta, teta, delta… dan akhirnya aktivitas biolistrik di otak benar-benar bergelombang paling rendah. Saat di gelombang terendah itulah “kita ini seperti tidur namun kita sebenarnya sadar penuh. Kita bisa mendengar dengkuran sendiri. Kita bisa melihat diri sejati kita yang sama persis dengan kita.” Ujar Ki sabda.
Masih banyak materi pelatihan yang menarik namun tidak bisa dipaparkan di kesempatan kali ini. Seperti, kunci agar doa bisa dikabulkan Tuhan. “Kita berdoa tidak seperti kita pesan makanan di restoran fastfood. Pesan langsung diantar. Ini doa yang sok tahu, sebab apa kita tahu bahwa keinginan kita ini lebih bagus dari keinginan Tuhan pada kita. Kita perlu pahami bahwa Tuhan bekerja dengan cara-cara yang misterius…” Acara disela dengan coffre break, sambil menunggu peserta yang ada di luar, peserta mendapatkan terapi pengobatan tenaga dalam dari K Sabda Langit. Banyak peserta mendapatkan penanganan langsung dari sang master. Sementara Nyai Untari melayani konsultasi nasib, peruntungan dan lain-lain. Nyai Untari sejak kecil memiliki bakat khusus dan talenta. “Saya ini tergolong indigo sejak anak-anak. Sejak kecil bisa melihat makhluk halus, dan peruntuntan nasib seseorang. Ini kemampuan dari Tuhan jadi harus saya syukuri agar bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Nyai Untari. Acara dilanjutkan.
Ki Sabda mengatakan bahwa kita harusnya memperbanyak rasa sukur pada Gusti yang Maha Welas Asih. “Perbanyaklah bersyukur. Apa kita bisa menghitung pemberian Tuhan perdetik saja yang begitu banyak… Otak kita, udara, nafas, denyut nadi, tubuh semuanya bekerja normal. Belum lagi keluarga, saudara, teman yang sehat, silaturahim dan lain-lain… Perdetik ini… coba hitung berapa banyak pemberian-Nya?” Ki Sabda mengingatkan untuk mencapai keluhuran hidup dan kejayaan pasti ada tebusannya. Tidak ada yang gratis di dunia ini. “Laku prihatin harus dilakukan agar kita bisa mencapai kejayaan. Kini bangsa kita sedang krisis di segala bidang. Bencana ada dimana-mana. Inilah hakikat bencana, yaitu momentum laku prihatin yang nanti pasti ada tebusannya. Yaitu kejayaan bangsa,” ujar Ki Sabda Langit optimis.
Akhirnya, Sabtu siang pukul 12.00 WIB acara diakhiri. Peserta dan panitia sudah mendapatkan banyak ilmu dari dua trainer yang waskita dari Yogyakarta ini. Kami pun berpamitan. Saya pulang ke Sidoarjo bersama rombongan keluarga besar Pemkab Sioarjo dan Ki Sabda Langit-Nyai Untari pamit pulang ke Yogya melewati Kediri. Terima kasih Ki dan Nyai, selamat jalan dan dari panjenengan berdua kami mendapatkan input yang berharga untuk mengenali diri sejati yang merupakan guru
sejati masing-masing
.
@.Wong Alus. 2009
Hari Kedua, Jumat Malam: Saya bertemu dengan Ki Sabda Langit di Gedung Hotel Orchids Garden, Batu Malang. Jam menunjuk pukul 19.00 Wib. Sejak pagi saya bersama dia berkoordinasi tentang persiapan-persiapan yang diperlukan untuk perhelatan pelatihan yang akan dibuka oleh Bupati Sidoarjo. Malam yang mendebarkan itu pun datang. Acara pelatihan Pengembangan Motivasi Spiritual dibuka dengan sambutan Drs. H. Win Hendrarso M.Si. Sambutan Bupati menggarisbawahi pentingnya manajemen stress dan pentingnya hidup dalam keseimbangan jasmani dan ruhani.
Selanjutnya, pelatihan dimulai dengan diputarkannya kaset sebuah serat kidung “Serat Wedhatama” dari Ki Narto Sabdo. Bulu kuduk saya berdiri mendengarkan suara magis yang dilantunkan. Bisik-bisik dengan Ki Sabda Langit, dia mengatakan bahwa saat itu Kanjeng Ratu Kidul juga hadir di tempat itu. Menurut Ki Sabda Langit, akal manusia sangat terbatas untuk memasuki pemahaman tentang hakikat segala yang ada. Manusia dikuasai oleh nafsu jasadnya sehingga susah untuk mengenali diri sejatinya. Kini, seseorang kebanyakan beribadah, namun belum mampu menembus hakikat ibadah tersebut. Pemahaman agamanya masih sebatas syariat. Oleh sebab itu, kita haruslah meneruskan proses syariat itu agar mencapai taraf hakikat dan bisa mencicipi makrifat.
Ki Sabda melanjutkan ada empat tingkat ibadah manusia untuk manembah dengan Gusti Allah SWT. Yang pertama adalah SEMBAH RAGA yaitu tapaning badan jasad kita. Yang kedua SEMBAH CIPTA, di Islam dinamai Tarekat, sembahnya hati yang luhur. Yang ketiga SEMBAH JIWA. di Islam dinamai Hakekat. Kalau sudah bisa melaksanakan sembah cipta baru bisa melaksanakan sembah jiwa. Artinya: rasakan dengan menggunakan rasa “kasukman” yang bisa ditemui dalam eneng, ening dan eling tadi. Tandanya adalah semua sembah, panembah batin yang tulus tidak tercampuri oleh rasa lahir sama sekali. Yang keempat adalah SEMBAH RASA, di Islam dinamai Makrifat. Sembah rasa itu adalah mengalami Rasa Sejati. Rasa sejati adalah apa yang dirasakan diri sejati dan diri sejati yang merupakan wahana Tuhan bersemayam di dalam diri manusia. Maka, pada tingkat makrifat ini, segala perilaku kita akan dituntun oleh Guru Sejati.
Hari Ketiga, Sabtu pagi: Saya mengontak Ki Sabda Langit agar bersiap senam pagi dilanjutkan dengan latihan meditasi olah pernafasan tenaga dalam dan meditasi samadhi. Bertempat di alam terbuka, sebelah kolam renang lobby Hotel Orchids Garden, Batu Malang. Awalnya, peserta diajak berjalan mengelilingi hotel. Selanjutnya peserta berkumpul dan dilakukan peregangan otot sambil menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut. Untuk meditasi samadhi, peserta bersila dalam posisi meditasi. Tangan berada di atas pangkuan menengadah ke atas dengan jempol disatukan dengan jari telunjuk. Selanjutnya tarik nafas dan mengeluarkan melalui mulut. “Konsentrasi pada satu hal saja. Misalnya pada Tuhan, saat menarik nafas kita bilang hu… saat mengeluarkan nafas, kita bilang Allah.. Inlah sholat Daim.” Ujar Ki Sabda.
Peregangan, meditasi olah pernafasan tenaga dalam dan meditasi samadhi dilaksanakan sekitar satu jam. Peserta merasakan banyak manfaat mengikuti sesi pagi ini. Banyak yang mengaku awalnya sakit dan capek-capek justeru menjadi bugar setelah mengikuti meditasi pernafasan tahap awal ini. Acara selanjutnya adalah pemberian materi. Dipaparkan Ki Sabda bahwa ada beberapa tahap sebelum pikiran benar-benar bisa merasakan titik yang paling hening tempat kesadaran diri sejati berada. Dimulai saat gelombang otak kita memasuki fase gelombang gamma, alta, teta, delta… dan akhirnya aktivitas biolistrik di otak benar-benar bergelombang paling rendah. Saat di gelombang terendah itulah “kita ini seperti tidur namun kita sebenarnya sadar penuh. Kita bisa mendengar dengkuran sendiri. Kita bisa melihat diri sejati kita yang sama persis dengan kita.” Ujar Ki sabda.
Masih banyak materi pelatihan yang menarik namun tidak bisa dipaparkan di kesempatan kali ini. Seperti, kunci agar doa bisa dikabulkan Tuhan. “Kita berdoa tidak seperti kita pesan makanan di restoran fastfood. Pesan langsung diantar. Ini doa yang sok tahu, sebab apa kita tahu bahwa keinginan kita ini lebih bagus dari keinginan Tuhan pada kita. Kita perlu pahami bahwa Tuhan bekerja dengan cara-cara yang misterius…” Acara disela dengan coffre break, sambil menunggu peserta yang ada di luar, peserta mendapatkan terapi pengobatan tenaga dalam dari K Sabda Langit. Banyak peserta mendapatkan penanganan langsung dari sang master. Sementara Nyai Untari melayani konsultasi nasib, peruntungan dan lain-lain. Nyai Untari sejak kecil memiliki bakat khusus dan talenta. “Saya ini tergolong indigo sejak anak-anak. Sejak kecil bisa melihat makhluk halus, dan peruntuntan nasib seseorang. Ini kemampuan dari Tuhan jadi harus saya syukuri agar bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Nyai Untari. Acara dilanjutkan.
Ki Sabda mengatakan bahwa kita harusnya memperbanyak rasa sukur pada Gusti yang Maha Welas Asih. “Perbanyaklah bersyukur. Apa kita bisa menghitung pemberian Tuhan perdetik saja yang begitu banyak… Otak kita, udara, nafas, denyut nadi, tubuh semuanya bekerja normal. Belum lagi keluarga, saudara, teman yang sehat, silaturahim dan lain-lain… Perdetik ini… coba hitung berapa banyak pemberian-Nya?” Ki Sabda mengingatkan untuk mencapai keluhuran hidup dan kejayaan pasti ada tebusannya. Tidak ada yang gratis di dunia ini. “Laku prihatin harus dilakukan agar kita bisa mencapai kejayaan. Kini bangsa kita sedang krisis di segala bidang. Bencana ada dimana-mana. Inilah hakikat bencana, yaitu momentum laku prihatin yang nanti pasti ada tebusannya. Yaitu kejayaan bangsa,” ujar Ki Sabda Langit optimis.
Akhirnya, Sabtu siang pukul 12.00 WIB acara diakhiri. Peserta dan panitia sudah mendapatkan banyak ilmu dari dua trainer yang waskita dari Yogyakarta ini. Kami pun berpamitan. Saya pulang ke Sidoarjo bersama rombongan keluarga besar Pemkab Sioarjo dan Ki Sabda Langit-Nyai Untari pamit pulang ke Yogya melewati Kediri. Terima kasih Ki dan Nyai, selamat jalan dan dari panjenengan berdua kami mendapatkan input yang berharga untuk mengenali diri sejati yang merupakan guru
sejati masing-masing
.
@.Wong Alus. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar