kiagengjembarjumantoro@yahoo.co.id
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
sedulurku semua… Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah
kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya.
Monggo
dulur –dulur kita hayati sebentar marilah kita saling mengingatkan,
sebentar lagi puasa kita akan menuju,10 malam terakhir di bulan ramadhan
, marilah kita sama-sama mencari malam dari seribu bulan, yang penting
ikhlas, pasrah , tawadhu, istiqomal, sampai akhir ramadhan.
mudah-mudahan ibadah kita semua di rido’i Allah SWT. amin.
Dalam
Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata : “Bila
masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli
istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya . ”
Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Adapun lafazh Muslim berbunyi
: “Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan
bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.
Dalam riwayat
lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu lanha :
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam
sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan
pada bulan lainnya. ”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan
yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:
Menghidupkan
malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh
malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar
daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia
berkata:
“Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat malam hingga pagi. “
Diriwayatkan dalam hadits marfu’ dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali :
“Barangsiapa
mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu
puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya,
juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya,
serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk
shakat Jum’at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala
yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah
dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. ” Abu Ja ‘far berkata: Hadiah
yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. (HR. Ibnu
Abid-Dunya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membangunkan
keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang
pada malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu ‘anhu disebutkan:
“Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam melakukan shalat bersama mereka
(para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan
dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak (shalat)
keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27) saja. “
Ini
menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam membangunkan mereka
pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.
At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu ‘anhu :
“Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membangunkan keluarganya pada
sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang
tua yang mampu melakukan shalat. “
Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :
“Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetuk (pintu) Fathimah dan
Ali radhiallahu ‘anhuma pada suatu malam seraya berkata:
Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau
juga membangunkan Aisyah radhiallahu ‘anha pada malam hari, bila telah
selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.
Dan
diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah seorang suami-isteri
membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta memercikkan air di
wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya,
dengan sanad shahih.)
Dalam kitab Al-Muwaththa’ disebutkan dengan
sanad shahih, bahwasanya Umar radhiallahu ‘anhu melakukan shalat malam
seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan
malam, ia membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada
mereka: “Shalat! shalat!” Kemudian membaca ayat ini :
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. ” (Thaha: 132).
Bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengencangkan kainnya. Maksudnya
beliau menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya. Diriwayatkan
bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan
Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas radhiallahu ‘anhu disebutkan :
“Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak menggauli mereka).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf pada malam sepuluh terakhir
bulan Ramadhan. Orang yang beri’tikaf tidak diperkenankan mendekati
(menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta ijma’. Dan
“mengencangkan kain” ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh dalam
beribadah.
Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.
Diriwayatkan
dari Aisyah dan Anas uadhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh (akhir bulan
Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu sahur.Dalam
hadits marfu’ dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu, ia berkata :
“Janganlah
kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin
menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur
(saja). ” Mereka bertanya: “Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai
Rasulullah ?”Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku tidak seperti kalian.
Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum. “(HR.
Al-Bukhari)
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau
dalam puasanya dan kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat
dan dzikirnya yang lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena
itulah sehingga hatinya dipenuhi Al-Ma’ariful Ilahiyah (pengetahuan
tentang Tuhan) dan Al-Minnatur Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga
mengenyangkannya dan tak lagi memerlukan makan dan minum.
Mandi antara Maghrib dan Isya’.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha :
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur
dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau
mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli)
isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya.”
Ibnu Jarir
rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari
malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan
menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun
Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang
diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri,
menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan
berpakaian bagus, seperti dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat
Jum’at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir
tanpa dibarengi dengan berhias secara batin. Yakni dengan kembali
(kepada Allah), taubat dan mensucikan diri dari dosa-dosa. Sungguh,
berhias secara lahir sama sekali tidak berguna, jika ternyata batinnya
rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia
melihat kepada hati dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada
Allah, hendaknya ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang
batinnya dengan taqwa. Allah Ta’ala berfirman :
“Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. ” (Al-A’raaf: 26).
I’tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu ‘anha :
Bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh
hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. “
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan i’tikaf pada sepuluh hari
terakhir yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan
berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan
diri demi bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo’a kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i’tikaf adalah:
Memutuskan
hubungan dengan segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada
AI-Khaliq. Mengasingkan diri yang disyari’atkan kepada umat ini yaitu
dengan i’tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan,
dan lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Orang
yang beri’tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah,
berdzikir dan berdo’a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala
hal yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri’tikaf dengan hatinya
kepada Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya.
Ia tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga
Alllah memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab
Larhaa’iful Ma’aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)
LAILATUL QADAR
Allah Ta ‘ala berfirman :
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) saat Lailatul Qadar (malam
kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul qadar
itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala uuusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. “(Al-Qadr: 1-5),
Allah
memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul
Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi.”(Ad-Dukhaan: 3)
Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta ‘ala :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. “(Al-Baqarah: 185).
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata :
“Allah
menurunkan Al-Qur’anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh
Mahfudh ke Baitul’Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar.
Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa
selama 23 tahun.”
Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena
keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah Ta ‘ala. Juga, karena
pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun,
sebagaimana firman Allah : “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah. ” (Ad-Dukhaan: 4).
Kemudian, Allah berfirman
mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk
menurunkan Al-Qur’anul Karim: “Dan tahukah kama apakah Lailatul Qadar
itu?” ( Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/429.)
Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya:
“Lailatul
Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan. ” Maksudnya, beribadah di
malam itu dengan ketaatan, shalat, membaca, dzikir dan do’a sama dengan
beribadah selama seribu bulan, pada bulan-bulan yang di dalamnya tidak
ada Lailatul Qadar.
Dan seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.
Lalu
Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang
melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk
Jibril ‘alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara,
kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah.
Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan
keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya :
“Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar” (Al-Qadar: 5)
Maksudnya,
malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit
pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para
malaikat -termasuk malaikat Jibril- mengucapkan salam kepada orang-orang
beriman.
Dalam hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut.
Beliau bersabda : “Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat
Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih)
Tentang
waktunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Carilah
Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. ” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).
Yang dimaksud
dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga,
dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh sembilan.
Adapun
qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan
tahajud, shalat, membaca Al-Qur’anul Karim, dzikir, do’a, istighfar dan
taubat kepada Allah Ta ‘ala.
Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui
lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan di dalamnya?” Beliau
menjawab, katakanlah : “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun,
Engkau mencintai Pengampunan maka ampunilah aku. ” (HR. At-Tirmidzi, ia
berkata, hadits hasan shahih).
Pelajaran dari surat Al-Qadr :
Keutamaan Al-Qur’anul Karim serta ketinggian nilainya, dan bahwa ia diturunkan pada saat Lailatul Qadar.
Keutamaan dan keagungan Lailatul Qadar, dan bahwa ia menyamai seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
Anjuran untuk mengisi kesempatan-kesempatan baik seperti malam yang mulia ini dengan berbagai amal shalih.
Jika
Anda telah mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang agung ini, dan ia
terbatas pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan maka seyogyanya Anda
bersemangat dan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari malam-malam
tersebut, dengan shalat, dzikir, do’a, taubat dan istighfar.
Mudah-mudahan dengan demikian Anda mendapatkan Lailatul Qadar, sehingga
Anda berbahagia dengan kebahagiaan yang kekal yang tiada penderitaan
lagi setelahnya Di malam-malam tersebut, hendaknya Anda berdo’a dengan
do’a-do’a bagi kebaikan dunia-akhirat, di antaranya :
“Ya Allah,
perbaikilah untukku agamaku yang merupakan penjaga urusanku, dan
perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya adalah kehidupanku, dan
perbaikilah untukku akhiratku yang kepadanya aku kembali, dan jadikanlah
kehidupan (ini) menambah untukku dalam setiap kebaikan, dan kematian
menghentikanku dari setiap kejahatan. Ya Allah bebaskanlah aku dari
(siksa) api Neraka, dan lapangkanlah untukku ritki yang halal, dan
palingkanlah daripadaku kefasikan jin dan manusia, wahai Dzat Yang Hidup
dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya)”
“Wahai Tuhan kami,
berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
jagalah kami dari siksa Neraka. Wahai Dzat Yang Hidup lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki Keagungan dan
Kemulyaan. “
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon hal-hal yang
menyebabkan (turunnya) rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, keteguhan dalam
kebenaran dan mendapatkan segala kebaiikan, selamat dari segala dosa,
kemenangan dengan (mendapat) Surga serta selamat dari Neraka. Wahai Dzat
Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-Nya, Wahai Dzat
yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. “
“Ya Allah, aku memohon
kepada-Mu pintu-pintu kebajikan, kesudahan (hidup) dengannya serta
segala yang menghimpunnya, secara lahir-batin, di awal maupun di
akhirnya, secara terang- terangan maupun rahasia. YaAllah, kasihilah
keterasinganku di dunia dan kasihilah kengerianku di dalam kubur serta
kasihilah berdiriku di hadapanmu kelak di akhirat. Wahai Dzat Yang
Mahahidup, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. “
“Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, ‘afaaf
(pemeliharaan dari segala yang tidak baik) serta kecukupan. “
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai pengampunan maka ampunilah aku. “
“Ya
Allah, aku mengharap rahmat-Mu maka janganlah Engkau pikulkan (bebanku)
kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata, dan perbaikilah
keadaanku seluruhnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. “
“Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua
urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa
akhirat. “
“Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami,
sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang
Maha Hidup, yang memiliki keagungan dan kemuliaan. ”
Demikian
Yang Dapat Saya Sampaikan kepada poro dulur-dulur di kampus tercinta
ini, Apabila ada yang benar itu datangnya dari Allah SWT. Kalau ada yang
salah atau kurang itu karena ke bodohan saya pribadi ,untuk itu Saya
Mohon Maaf yang sebesar-besarnya, Karena Manusia Tidak Luput Dari
Kesalahan Atau Kekhilafan.
Billahi taufik wal hidayah . Wassalamu alaikum wr. Wb.
==Kiageng Jembar Jumantoro==
Bulu Perindu Sukma
Bulu Perindu Asli Kalimantan 082168589479 /2683F21E

Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"

"Bagi
Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah
asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris
usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
|
Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
| |
![]() | Bank BCA Kantor Cabang: KCU Bukit Barisan No. Rekening : 3831172434 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
![]() | Bank Mandiri Kantor Cabang: KCP Medan Simpang pos No. Rekening : 105-00-1057268-7 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no 082168589479 ( Hendro Susilo )
sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu.
bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS
Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini



dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms
NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat
dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no 082168589479
TESTIMONI DARI BB

Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia

MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS 082168589479 /2683F21E
: JNE TIKI POS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar