Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling menasehati
untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (QS 103; 3)
Kenapa orang Jawa menggelar acara ruwatan dan apa falsafah di balik
upacara ruwatan yang bagi sebagian kalangan dianggap berbau klenik dan
ditafsirkan negatif itu? Marilah kita bersama-sama menelusuri hakikat di
balik tradisi ruwatan. Awalnya, kita perlu tahu siapa saja yang harus
diruwat karena mengandung unsur negatif/kesalahan/bencana. Menurut
kepustakaan “Pakem Ruwatan Murwa Kala” yang bersumber dari Serat
Centhini (Sri Paku Buwana V) orang yang harus diruwat ada 60 jenis
yaitu:
1. ONTANG-ANTING, yaitu anak tunggal laki-laki atau perempuan.
2. UGER-UGER LAWANG, yaitu dua orang anak yang kedua-duanya laki-laki dengan catatan tidak anak yang meninggal.
3. SENDHANG KAPIT PANCURAN, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu laki-laki sedang anak yang ke 2 perempuan.
4. PANCURAN KAPIT SENDHANG, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu perempuan sedang anak yang ke 2 laki-laki.
5. ANAK BUNGKUS, yaitu anak yang ketika lahirnya masih terbungkus oleh selaput pembungkus bayi (placenta).
6. ANAK KEMBAR, yaitu dua orang kembar putra atau kembar putri atau
kembar “dampit” yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan (yang
lahir pada saat bersamaan).
7. KEMBANG SEPASANG, yaitu sepasang bunga yaitu dua orang anak yang kedua-duanya perempuan.
8. KENDHANA-KENDHINI, yaitu dua orang anak sekandung terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
9. SARAMBA, yaitu 4 orang anak yang semuanya laki-laki.
10. SRIMPI, yaitu 4 orang anak yang semuanya perempuan.
11. MANCALAPUTRA atau Pandawa, yaitu 5 orang anak yang semuanya laki-laki.
12. MANCALAPUTRI, yaitu 5 orang anak yang semuanya perempuan.
13. PIPILAN, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.
14. PADANGAN, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang anak perempuan.
15. JULUNG PUJUD, yaitu anak yang lahir saat matahari terbenam.
16. JULUNG WANGI, yaitu anak yang lahir bersamaan dengan terbitnya matahari.
17. JULUNG SUNGSANG, yaitu anak yang lahir tepat jam 12 siang.
18. TIBA UNGKER, yaitu anak yang lahir, kemudian meninggal.
19. JEMPINA, yaitu anak yang baru berumur 7 bulan dalam kandungan sudah lahir.
20. TIBA SAMPIR, yaitu anak yang lahir berkalung usus.
21. MARGANA, yaitu anak yang lahir dalam perjalanan.
22. WAHANA, yaitu anak yang lahir dihalaman atau pekarangan rumah.
23. SIWAH ATAU SALEWAH, yaitu anak yang dilahirkan dengan memiliki kulit dua macam warna, misalnya hitam dan putih.
24. BULE, yaitu anak yang dilahirkan berkulit dan berambut putih “bule”
25. Kresna, yaitu anak yang dilahirkan memiliki kulit hitam.
26. WALIKA, yaitu anak yang dilahirkan berwujud bajang atau kerdil.
27. WUNGKUK, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung bengkok.
28. DENGKAK, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung menonjol, seperti punggung onta.
29. WUJIL, yaitu anak yang lahir dengan badan cebol atau pendek.
30. LAWANG MENGA, yaitu anak yang dilahirkan bersamaan keluarnya “Candikala” yaitu ketika warna langit merah kekuning-kuningan.
31. MADE, yaitu anak yang lahir tanpa alas (tikar).
32. Orang yang ketika menanak nasi, merobohkan “Dandhang” (tempat menanak nasi).
33. Memecahkan “Pipisan” dan mematahkan “Gandik” (alat landasan dan
batu penggiling untuk menghaluskan ramu-ramuan obat tradisional).
34. Orang yang bertempat tinggal di dalam rumah yang tak ada “tutup keyongnya”.
35. Orang tidur di atas kasur tanpa sprei (penutup kasur).
36. Orang yang membuat pepajangan atau dekorasi tanpa samir atau daun pisang.
37. Orang yang memiliki lumbung atau gudang tempat penyimpanan padi dan kopra tanpa diberi alas dan atap.
38. Orang yang menempatkan barang di suatu tempat (dandhang – misalnya) tanpa ada tutupnya.
39. Orang yang membuat kutu masih hidup.
40. Orang yang berdiri ditengah-tengah pintu.
41. Orang yang duduk didepan (ambang) pintu.
42. Orang yang selalu bertopang dagu.
43. Orang yang gemar membakar kulit bawang.
44. Orang yang mengadu suatu wadah/tempat (misalnya dandhang diadu dengan dandhang).
45. Orang yang senang membakar rambut.
46. Orang yang senang membakar tikar dengan bambu (galar).
47. Orang yang senang membakar kayu pohon “kelor”.
48. Orang yang senang membakar tulang.
49. Orang yang senang menyapu sampah tanpa dibuang atau dibakar sekaligus.
50. Orang yang suka membuang garam.
51. Orang yang senang membuang sampah lewat jendela.
52. Orang yang senang membuang sampah atau kotoran dibawah (dikolong) tempat tidur.
53. Orang yang tidur pada waktu matahari terbit.
54. Orang yang tidur pada waktu matahari terbenam (wayah surup).
55. Orang yang memanjat pohon disiang hari bolong atau jam 12 siang (wayah bedhug).
56. Orang yang tidur diwaktu siang hari bolong jam 12 siang.
57. Orang yang menanak nasi, kemuadian ditinggal pergi ketetangga.
58. Orang yang suka mengaku hak orang lain.
59. Orang yang suka meninggalkan beras di dalam “lesung” (tempat penumbuk nasi).
60. Orang yang lengah, sehingga merobohkan jemuran “wijen” (biji-bijian).
Mereka adalah jenis-jenis orang yang di dalam kisah perwayangan
disarankan oleh Batara Guru agar dijadikan santapan atau makanan Batara
Kala. Dalam Pustaka Raja Purwa karya Ranggawarsito bahkan disebutkan ada
136 macam Sukerta. Menurut kepercayaan Jawa, orang-orang yang
tergolong di dalam kriteria tersebut dapat menghindarkan diri dari
malapetaka (disimbolkan menjadi makanan Betara Kala) jika ia mengadakan
acara ruwatan dengan menggelar wayang dengan lakon Murwakala,
Baratayuda, Sudamala, atau Kunjarakarna. Selain Ruwatan Sukerta,
terdapat juga “Ruwat Sengkala atau Sang Kala” yang artinya menjadi
mangsa “kala” atau “waktu.”
Sebagaimana diketahui dalam kitab Suci bahwa siapa yang tidak bisa
memanfaatkan waktu dengan beramal sholeh maka dia termasuk orang-orang
yang merugi. Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling
menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (QS
103; 3)
Apalagi bila jalan kehidupan orang tersebut terbelenggu materi yang
akhirnya nyrimpeti “laku”. Dia akan merasa penuh kesulitan karena tidak
bisa sejalan harmonis dengan dengan alur hukum alam (ruang dan waktu).
Kesalahan-kesalahan perbuatan atau tingkah laku dia sendiri atau orang
lain (leluhur masa lalu) jelas memiliki akibat di masa sekarang. Saya
menduga, para leluhur kita di Jawa telah ‘niteni’ siapa saja
orang-orang yang hidupnya diliputi dengan kesulitan =karena susah
memenej dan mengkoordinasi dirinya sehingga muncul kesulitan atau
bencana. Yaitu 60 jenis orang yang telah disebutkan di atas, sehingga upacara ruwatan adalah momentum untuk ngelingke (mengingatkan) mereka agar kembali ke jalan yang lurus.
Kenapa dalam ruwatan digelar wayang? Kok tidak ndangdutan, disko,
tari tayub/ledhek atau kesenian yang lain? Wayang adalah pertunjukan
yang sarat dengan tuntunan ajaran filsafat hidup. Berbeda dengan
seni-seni lain yang mudah diapresiasi/ dinikmati dan murni
hiburan/entertainment, penonton pergelaran wayang membutuhkan perenungan
yang sangat mendalam karena di dalamnya bermuatan ajaran-ajaran hidup
bijaksana. Wayang adalah perpaduan berbagai sebagai seni pertunjukan
yang merangkum bermacam-macam unsur lambang simbolis, bahasa gerak,
suara, warna dan rupa.
Di dalam unsur simbolis ini tercermin pengalaman religius atau
perjalanan spiritual sebagaimana yang diperankan tokoh-tokoh wayang
tersebut. Pertunjukan wayang idealnya diwariskan secara turun temurun
agar menjadi tetenger eksistensi budaya Jawa. Wayang adalah sarana
efektif penyampaian ajaran filsafat hidup yang menuntun bagaimana harus
bertingkah laku secara bijaksana antar individu maupun individu di dalam
masyarakat dan hubungan dengan Gusti. Individu juga diajarkan mengenali
hakikat diri sejati dan perjalanan-perjalanan yang harus dilakoninya
sebagai kewajiban hidup.
Benarkah mereka yang telah diruwat akan berbebas dari dosa dan
kesalahan? Jawaban anak kecil barangkali ya. Namun saat kesadaran kita
telah beranjak dewasa, maka tidak mungkin hanya dengan ucapara ruwatan
bisa menebus kesalahan dan kesucian orang. Tentu saja, ajaran Jawa yang
dianggap klenik semacam ini harus diluruskan sesuai dengan hakikatnya.
Hakikat dari upacara (syariat) harus diteruskan untuk mengenali upasana
dan upadinya. (hakikatnya sebagai pembelajaran agar terjadi penyadaran).
Selain itu, upacara adalah sebuah tindakan simbolis yang
merupakan relasi penghubung antara komunikasi human kosmis dan
komunikasi lahir batin dengan Gusti Kang Akaryo Jagad. Tindakan simbolis
dalam upacara nerupakan bagian yang sangat penting dan tidak mungkin
dibuang begitu saja, karena manusia harus bertindak dan berbuat yang
melambangkan sebuah hubungan khusus dengan Tuhan.
Substansi lakon Murwakala pada tradisi ruwatan adalah pembebasan.
Pembebasan manusia dari “mangsa” Batara Kala (kala=waktu). Tokoh Batara
Kala adalah anak Batara Guru yang lahir karena nafsu yang tidak bisa
dikendalikannya atas diri Dewi Uma, yang kemudian spermanya jatuh
ketengah laut dan menjelma menjadi raksasa: “Kama salah kendang
gumulung”. Ketika Batara Kala menghadap sang ayah Batara Guru untuk
meminta makan, oleh Batara Guru diberitahukan agar memakan manusia yang
berdosa atau sukerta.
Dalam ruwatan, selain digelar wayang kulit dengan lakon Murwakala
diperlukan sesajen beraneka makanan yang merupakan simbol yang harus
ditafsirkan. Sarana sesajen ini juga sebagai cara pembelajaran. Berbeda
dengan menggunakan buku-buku, penyampaian ajaran hidup yang memakai cara
“sesajen” ini pasti mudah diingat dalam waktu lama dan antar generasi.
Menurut Ki Soedarsono sesajen dalam ruwatan adalah:
1. Tuwuhan, yang terdiri dari pisang raja setudun, yang sudah matang
dan baik, yang ditebang dengan batangnya disertai cengkir gading (kelapa
muda), pohon tebu dengan daunnya, daun beringin, daun elo, daun dadap
serep, daun apa-apa, daun alang-alang, daun meja, daun kara, dan daun
kluwih yang semuanya itu diikat berdiri pada tiang pintu depan sekaligus
juga berfungsi sebagai hiasan/pajangan dan permohonan.
2. Dua kembang mayang yang telah dihias diletakkan dibelakang kelir
(layar) kanan kiri, bunga setaman dalam bokor di tempat di muka dalang,
yang akan digunakan untuk memandikan Batara Kala, orang yang diruwat dan
lain-lainnya.
3. Api (batu arang) di dalam anglo, kipas beserta kemenyan (ratus
wangi) yang akan dipergunakan Ki Dalang selama pertunjukan. Kain mori
putih kurang lebih panjangnya 3 meter, direntangkan dibawah debog
(batang pisang) panggungan dari muka layar (kelir) sampai di belakang
layar dan ditaburi bunga mawar dimuka kelir sebagai alas duduk Ki
Dalang, sedangkan di belakang layar sebagai tempat duduk orang yang
diruwat dengan memakai selimut kain mori putih.
4. Gawangan kelir bagian atas (kayu bambu yang merentang diatas
layar) dihias dengan kain batik yang baru 5 (lima) buah, diantaranya
kain sindur, kain bango tulak dan dilengkapi dengan padi segedeng (4
ikat pada sebelah menyebelah).
5. Nasi golong dengan perlengkapannya, goreng-gorengan, pindang
kluwih, pecel ayam, sayur menir, dsb. Nasi wuduk dilengkapi dengan ikan
lembaran, lalaban, mentimun, cabe besar merah dan hijau brambang, dan
kedele hitam. Nasi kuning dengan perlengkapan telur ayam yang didadar
tiga biji. Srundeng asmaradana.
6. Jenang (bubur) yaitu: jenang merah, putih, jenang kaleh, jenang baro-baro (aneka bubur).
7. Jajan pasar (buah-buahan yang bermacam-macam) seperti : pisang
raja, jambu, salak, sirih yang diberi uang, gula jawa, kelapa, makanan
kecil berupa blingo yang diberi warna merah, kemenyan bunga, air yang
ditempatkan pada cupu, jarum dan benang hitam-putih, kaca kecil, kendi
yang berisi air, empluk (periuk yang berisi kacang hijau, kedele,
kluwak, kemiri, ikan asin, telur ayam dan uang satu sen).
8. Benang lawe, minyak kelapa dipergunakan untuk lampu blencong,
sebab walaupun siang tetap memakai lampu blencong. Yang berupa hewan
seperti burung dara satu pasang ayam jawa sepasang, bebek sepasang.
Berupa sesajen antara lain:
1. Rujak ditempatkan pada bumbung, rujak edan (rujak dari pisang
klutuk ang dicampur dengan air tanpa garam), bambu gading lima ros.
Kesemuanya itu diletakan ditampah yang berisi nasi tumpeng, dengan lauk
pauknya seperti kuluban panggang telur ayam yang direbus, sambel gepeng,
ikan sungai/laut dimasak anpa garam dan ditempatkan di belakang layar
tepat pada muka Kyai Dalang.
2. Sajen buangan yang “ditunjukkan” kepada dahyang (makhluk halus
penghuni suatu tempat) yang berupa takir besar atau kroso yang berisi
nasi tumpeng kecil dengan lauk-pauk, jajan pasar (berupa buah-buahan
mentah serta uang satu sen). Sajen itu diletakkan di tempat dahyang.
3. Sumur atau sendang diambil airnya dan dimasuki kelapa. Kamar mandi
yang untuk mandi orang yang diruwat diletakkan kelapa utuh. Selesai
upacara ruwat bambu gading yang berjumlah lima ros ditanam pada kempat
ujung rumah disertai empluk (tempayan kecil) yang berisi kacang hijau,
kedelai hitam, ikan asin, kluwak, kemiri, telur ayam dan uang dan berdoa
mohon tercapai apa yang diharapkan. @@
@wongalus,2009
Bulu Perindu Sukma
Bulu Perindu Asli Kalimantan 082168589479 /2683F21E
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi
Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah
asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris
usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
|
Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
| |
| Bank BCA Kantor Cabang: KCU Bukit Barisan No. Rekening : 3831172434 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
Bank Mandiri Kantor Cabang: KCP Medan Simpang pos No. Rekening : 105-00-1057268-7 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no 082168589479 ( Hendro Susilo )
sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu.
bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS
Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms
NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat
dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no 082168589479
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS 082168589479 /2683F21E
: JNE TIKI POS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar