Jawaban yang paling mungkin adalah TIDAK TAHU. Kenapa begitu?
Ya karena Tuhan tidak mungkin memiliki sifat dalam terminologi
kemanusiaan: suka-tidak suka, rindu –benci, jengkel-mesra, mati-hidup,
ada-tidak ada,.. dan sebagainya. Hidup-mati adalah sifat hanya dimiliki
oleh makhluk hidup, dan barangkali juga sang manusia yang hingga kini
masih mengaku sebagai makhluk paling mulia se jagad ini.
Bagaimana dengan sifat-sifat Tuhan seperti Maha Besar, Maha Suci,
Maha Adil, Maha Perkasa, Maha Hidup??? Ya pasti tidak mungkin menyamakan
besar, hidup, suci, perkasa, adil-Nya Tuhan seperti besar, hidup, suci,
perkasa, adilnya manusia. Sebab Tuhan berbeda dengan semua hal yang ada
di pikiran dan pasti tidak pernah ada dalam gudang memori ide kita.
Sebagai manusia yang mengaku beriman (bila ini benar menurut-Nya),
adalah sangat pantas bila kita rendah hati dan berhati-hati dalam segala
hal. Termasuk pada pengakuan kita sendiri, pada klaim kebenaran yang
kita patok pada sesuatu hal termasuk keyakinan kita. Jangan sampai
keyakinan malah membutakan mata yang justeru menghalangi atau menjadi
tabir penutup kita melihat kebenaran.
Maka, berhati-hatilah dengan iman kita sendiri. Dan tidak haram bila
kita, misalnya harus mempertanyakan substansi iman. Terus terang, saya
sangat mewaspadai bila semua yang menyangkut hal-hal sakral seperti ini
harus diambil dari Kitab Suci. Terlalu memalukan dan naif bila nanti
justeru kurang kontekstual dan tidak memuaskan. Padahal, manusia
sebagaimana yang saya ketahui memiliki sifat yang tidak mudah puas.
Meskipun acuannya sudah jelas dari Kitab Suci.
Nah, daripada nanti muncul klaim kafir, syirik, musyrik atau dholim
bagi mereka yang belum puas dengan jawaban yang diambil dari Kitab Suci.
Maka saya lebih sepakat untuk tidak gampang sedikit sedikit mengambil
atau mengutip satu dua ayat. Lebih baik bergelut dan bergulat duluan
dengan olah nalar dan olah rasa saja, yang bisa dikritik disalahbenarkan
maupun dilecehkan tanpa harus berdosa bila tidak percaya atau tidak
sepakat.
Begitulah, penjelasan bila sumbernya adalah nalar biasanya lebih
jernih dan lebih bulat. Sebab nalar dan rasa (batin) adalah suryakanta
(kaca pembesar) kita melihat kitab suci yang sesungguhnya, yaitu
gumelaring jagad ini.
Terkadang kita merasa agak gimana gitu.. bila ada tukang omong agama
(dai) sedikit sedikit mengaku bahwa ucapannya adalah Kalamullah, Kalam
atau firman-Nya. Sungguh saya biasanya hanya berpikir, apakah yang
bersangkutan memang kurang memahami, belum memahami, atau sudah sampai
pada tahap spiritualitas tertinggi hingga tidak ada lagi dualitas antara
kawulo lan gusti?
Bila tahapnya masih syariat minded, maka pernyataan dai yang mengaku
mengatakan bahwa yang diucapkannya adalah firman Tuhan jelas merupakan
absurditas alias tidak masuk akal.
Bila tahapnya belum tahu agama secara kaffah alias sempurna, berarti dia memang jujur dalam ketidaktahuan.
Bila tahapan perjalanan spiritualnya sudah sampai ke taraf
spiritualitas tertinggi atau ahli makrifat, maka pernyataan bahwa
ucapannya adalah firman-Nya maka ya perlu dimaklumi saja. Dia sudah
merasa tidak ada lagi “aku” sebab sang “aku” sudah sedemikian lebur
habis alias amblas dalam “keakuan”-Nya. Pernyataan orang yang sudah ada
di aras spiritual seperti ini, kok sepertinya tidak perlu dibantah.
Sebab jangan-jangan bantahan kita adalah bukti bahwa kitalah yang
sebenarnya justeru belum tahu dan perlu belajar banyak lagi.
Kembali ke pertanyaan awal, apakah Tuhan “hidup”? Jawabannya bisa
macam-macam tergantung pada acuan apa yang dipakai. Bila acuannya adalah
buku Kitab Suci , jelas menganjurkan agar manusia hendaknya beriman
pada-Nya. Namun, bila acuannya bukan buku Kitab Suci, maka jawabannya
bisa jadi lain.
Nah, saya justeru ingin membahas yang terakhir yaitu mereka yang
acuannya bukan buku kitab suci ini. Pasti beriman yang acuannya “Kitab
Suci” baik yang beutknya buku maupun pergelaran alam semesta, sudah
begitu banyak diulas dan jelas benar (bagi yang percaya). Namun ijinkan,
saya memilih untuk membahas dari sudut pandang yang lain saja. Bukannya
apa, saya hanya ingin menjelajahi alasan-alasan kenapa seseorang itu
merasa bisa hidup meskipun tanpa campur tangan Tuhan.
Sudah begitu banyak diketahui namun belum didalami maknanya adalah pernyataan dari Friedrich Nietzsche bahwa “Gott ist tot” atau diindonesiakan menjadi “Tuhan Sudah Mati.” Ini muncul dalam buku Also sprach Zarathustra.
Nietzsche bukanlah orang tolol dan absurd. Dia adalah pemikir kampiun
dari Jerman yang menggulati soal spiritual tidak dengan cara mengimani
secara buta saja. Saya yakin, meskipun kaum agamawan mencibir dia
sebagai sosok yang kafir, namun menurut saya, dia nantinya juga berhak
mencicipi surga. Meskipun barangkali hanya anginnya saja. Kok Bisa?
Mengartikan “Tuhan sudah mati” tidak boleh ditanggapi secara
harafiah, seperti misalnya kita mengatakan tikus itu mati, buaya itu
mati. Tuhan jelas bukan dzat apapun juga sebagaimana yang saya dan Anda
bayangkan. Ini berarti amat tolol bila kita artikan bahwa “Tuhan kini
secara fisik biologis sudah mati.”; Sebaliknya, inilah cara Nietzsche
untuk mengatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk
berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teleologi.
Dalam bahasa Nietzsche, “Kematian Tuhan” adalah sebuah cara untuk
mengatakan bahwa manusia tidak lagi mampu mempercayai tatanan kosmis
apapun yang seperti itu karena mereka sudah tidak lagi mengakuinya.
Kematian Tuhan, kata Nietzsche, akan membawa bukan hanya kepada
penolakan terhadap keyakinan kosmis atau tatanan fisik tetapi juga
kepada penolakan terhadap nilai-nilai mutlak hukum moral yang obyektif
dan universal, yang mengikat semua individu.
Ini jelas membawa kepada nihilisme, namun tidak apa sebab dari
nihilisme inilah nantinya ditemukan manusia-manusia yang gelisah dan
menjadi kritis terhadap nilai-nilai agama yang sudah diklaim sebagai hal
yang pasti benar (setidaknya menurut ukuran kacamata pemahaman manusia)
dan kemudian mampu untuk pasrah sumarah sebelum menerima cahaya
hidayah-Nya.
Dan inilah jasa-jasa besar Nietzsche untuk menemukan suatu pemecahan
dengan mengevaluasi kembali dasar-dasar nilai-nilai yang diyakini
manusia. Bagi Nietzsche, kita tidak bisa hanya percaya begitu saja pada
nilai-nilai tanpa rasionalitas. Dasar-dasar yang jauh lebih dalam
daripada nilai-nilai agama yang mana kebanyakan orang malas sekaligus
menolak untuk mencari lebih jauh daripada nilai-nilai ini haruslah
dibongkar dan didekonstruksi.
Nietzsche mengisahkan sindirannya kepada kaum agamawan dalam bahasanya yang khas di Also Sprach Zarathustra:
“apakah yang dilakukan si orang suci di hutan?” tanya Zarathustra. Si
orang suci menjawab: ‘Aku membuat nyanyian dan menyanyikannya; dan
ketika aku membuat nyanyian, aku tertawa, menangis dan bersenandung:
jadi dengan melakukan semua itu aku memuji Tuhan. Dengan bernyanyi,
menangis, tertawa, dan bersenandung aku memuji tuhan yang adalah
tuhanku. Tetapi apa yang engkau bawa kepada kami sebagai hadiah?’
Ketika Zarathustra mendengar kata-kata ini ia mengucapkan selamat
berpisah dan berkata: ‘Apa yang dapat kumiliki untuk kuberikan kepadamu?
Tapi biarkanlah aku pergi dengan segera agar aku tidak mengambil
sesuatu daripadamu!’ Dan kemudian mereka berpisah, si orang tua dan
lelaki itu, sambil tertawa seperti dua anak lelaki tertawa.
Tetapi ketika Zarathustra sendirian ia berbicara kepada dirinya
sendiri: ‘Mungkinkah itu? Si orang suci di hutan ini belum mendengar
apa-apa tentang hal ini, bahwa Tuhan sudah mati”…
Kesimpulan:
1. Jasa-jasa Nietzsche adalah mengingatkan kita semua, yang merasa sudah
punya agama dan merasa punya iman bahwa kita wajib terus mengasah
kebersihan iman kita. Jangan agama dijadikan sekte yang penuh mitologi,
sebaliknya memahami agara hendaknya secara rasional dan obyektif.
2. Ungkapan Tuhan Sudah Mati itu pastilah Tuhan menurut kacamata
manusia (Nietzsche). Bukan Tuhan an sich (pada dirinya sendiri) di mana
pengetahuan kita pun tidak mampu menggapai-Nya, kecuali bila dia
memberikan sebuah cahaya keimanan. Inilah kritik yang perlu dilontarkan
pada Nietzsche…
3. Monggo didiskusikan….
wongalus
Bulu Perindu Sukma
Bulu Perindu Asli Kalimantan 082168589479 /2683F21E
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi
Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah
asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris
usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
|
Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
| |
| Bank BCA Kantor Cabang: KCU Bukit Barisan No. Rekening : 3831172434 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
Bank Mandiri Kantor Cabang: KCP Medan Simpang pos No. Rekening : 105-00-1057268-7 Nama Pemilik : Hendro Susilo |
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no 082168589479 ( Hendro Susilo )
sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu.
bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS
Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms
NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat
dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no 082168589479
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS 082168589479 /2683F21E
: JNE TIKI POS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar